Dia untuk Sahabatku

Nggak sengaja waktu liat-liat file di laptop, saya menemukan cerpen ini. Cerpen ini murni saya buat sewaktu dulu masih SMP (tanpa saya edit lagi), jadi maaf-maaf ya kalau ceritanya terlalu mengkhayal, tanda bacanya salah atau pemilihan katanya kurang tepat (hehehe…)

Selamat Membaca! 🙂

Cerpen: Dia untuk Sahabatku

“Aduh,” ucap Grace seorang gadis berparas cantik yang juga seorang modeling, ketika tanpa sengaja kakinya terantuk karena terburu-buru mengambil HPnya yang berdering. “Halo Grace !” sapa Felish. Felish adalah seorang gadis cantik, ramah, & pintar, bahkan pernah menjuarai beberapa olimpiade sains mewakili sekolahnya di tingkat internasional. “Hai Felish, apa kamu sudah memesan hotel untuk pesta ku nanti?” Tanya Grace “Aku sudah usaha, tapi 5 hotel yang aku datangi sudah full semua. Maaf ya.” Felish menerangkan. “Nggak apa-apa, kamu kan sudah usaha. Kalau begitu biar aku saja yg urus. Makasih ya Felish sudah mau bantu aku !” sahut Grace. “Ok deh, ntar kalau kamu butuh bantuan lagi, nggak usah malu-malu minta tolong aku. Sudah dulu ya, besok kita sambung di sekolah, bye “  “bye-bye” Felish & Grace mengakhiri pembicaraannya.

                Felish & Grace adalah sahabat yang tak dapat di pisahkan, mereka sudah seperti saudara kandung. Mereka bersahabat sejak SMP, hingga kini mereka duduk di kelas 3 SMA. Dua minggu lagi Grace akan berulang tahun ke 17. Bagi beberapa kalangan, ulang tahun ke 17 adalah moment yang paling berharga. Karena di usia ini mereka bukan lagi anak-anak, melainkan sudah beranjak menjadi remaja.

                Setelah liburan akhir pekan usai, para siswa-siswa SMA Tunas Bangsa kembali bersekolah seperti biasanya. Begitu pula dengan Felish, Grace dan Thestral. Sebelum pelajaran dimulai, Felish & Grace selalu menyempatkan diri untuk membaca di perpustakaan sekolah. Sebenarnya Grace hanya menemani Felish saja. Ketika mereka sedang serius membaca buku, datanglah Thestral.  Thestral adalah ketua OSIS di sekolah mereka, dia tampan, berkulit putih & tinggi. Ia juga humoris, sampai terkadang susah diajak bicara serius. Dia juga merupakan anak seorang jutawan yang memiliki beberapa cabang Pom bensin, mall, dan showroom mobil. Namun kekayaannya itu tidak membuat ia sombong.

                Secara tiba-tiba Thestral berada di belakang Felish & Grace yang sedang duduk tenang sambil asyik membaca. Lalu Thestral dengan sengaja menarik rambut mereka berdua. “Aduh” teriak Grace, “siapa sih, pasti orang paling jail di sekolah ini !” ucap Felish seraya menoleh kebelakang. “Hai.” Ucap Thestral tanpa rasa bersalah. “ssstttt…..” terdengar isyarat penjaga perpus untuk menyuruh mereka bertiga diam. “Maaf.” Kata Thestral sambil duduk di kursi sebelah Felish. “Tumben pagi-pagi begini udah ke perpus. Bawa buku matematika. Mimpi apa semalam?” Tanya Grace sedikit meledek, karena biasanya Thestral sebelum masuk hanya di ruang kelas mengerjakan PRnya yang belum tuntas. “Aku..” sebelum Thestral sempat menyalesaikan kalimatnya, Felish memotong “Tunggu, biar aku ramal. Pasti mau tanya PR matematika ya?!” tebak Felish. “Hehe.. koq tahu?!” jawab Thestral sedikit malu. “Ya sudah deh, kita bantu!” lanjut Grace. “Thanks ya !” kata Thestral.

                Sedangkan dari sisi lain, dua pasang mata memperhatikan mereka. Salah seorang berkata “wah, senang banget ya kalau bisa menjadi salah satu dari mereka bertiga. Felish cantik, tinggi, berkulit putih, pintar, nggak sombong, di sayangi guru pula. Grace juga tidak jauh berbeda dengan Felish. Hanya saja Grace lebih populer dibanding Felish, karena dia seorang model. Thestral anak paling kaya di sekolah ini, tampan, sampai-sampai ia di juluki “perfect boy”. Pokoknya mereka sempurna deh !”  “Iya, jadi iri lihat mereka.” Sahut salah seorang yang lain.

Tidak terasa, bel masuk sekolah pun berbunyi. Mereka bertiga menuju ruang kelas untuk mengikuti pelajaran. Waktu serasa berlari, tepat pukul 10.00 bel istirahat berbunyi. “Hei, kalian nggak ke kantin? Pada ngomongin apa sih? Ngomongin aku ya?” kalimat yang dilontarkan oleh Thestral ini sama sekali tak di hiraukan oleh Felish & Grace yang sedang asyik berbincang-bincang. “Ih tega banget sih?!” tambah Thestral. “Oh ada Thestral ! dikira kamu tadi bukan ngomong sama kita” sahut Felish. “Trus ngomong sama siapa? Kan yang ada di kelas cuma kalian” Tanya Thestral. “sama tembok,” jawab Grace “memangnya aku sudah nggak waras?!” “nggak sih, baru tanda-tanda.” Sahut Felish. “sudah, nggak usah di bahas lagi.” kata Thestral sedikit kesal. “ya deh, tadi barusan kita tuh lagi ngomongin tentang acara ulang tahun ku nanti. Ada masalah nih, soalnya aku belum dapat tempat yang cocok. Semua hotel sudah penuh.” Grace menjelaskan. “Kenapa nggak di rumah aja?! Lagi pula rumahmu kan besar & luas banget.” Saran Thestral. “Rencananya sih begitu, tapi kan kalau di rumah lebih repot!” kata Grace. “Tenang aja, kita pasti bantu, apa sih yang nggak buat sahabat?! Ya kan?”ucap Felish “ya dong, Felish.” Sahut Thestral.

Tanpa terasa, ketika mereka sedang mengobrol waktu menunjukkan pukul 10.30 yang berarti mereka harus kembali melanjutkan pelajaran. Pukul 12.30 seharusnya mereka pulang, tetapi karena mereka sekarang sudah kelas 3 SMA yang akan melaksanakan Ujian Nasional, maka sekolah memberikan tambahan materi pelajaran sampai pukul 14.30 .

Sabtu pagi yang cerah, Felish sedang duduk sendirian di bangku taman sekolah sambil membaca buku. Melihat Felish sendiri, Thestral menghampirinya “Felish, koq sendirian sih? Mana Grace?” Tanya Thestral sambil celingukan mencari Grace. “Tadi setelah ekskul dia langsung pulang, katanya dia mau memesan undangan. Kan ulang tahunnya tinggal 3 hari lagi.” Jelas Felish. “Oh gitu ya, boleh aku duduk di sebelahmu?”  “Boleh, duduk aja!” Felish merasa jika hari ini ada yang kurang beres dengan Thestral. Tidak biasanya dia bisa berbicara dengan serius. Suasana di sekolah saat itu sangatlah sepi, karena di hari Sabtu siswa-siswi hanya mengikuti ekskul & tidak ada pelajaran seperti hari-hari biasanya. “Ayo Thestral, kamu pasti bisa” ucap Thestral dalam hati. Tetapi Thestral tak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya pada Felish. Padahal ini saat yang tepat. Thestral tak kehilangan akal, ia sudah membuat surat yang mewakili isi hatinya. Lalu dengan sengaja Thestral menaruh surat itu di tempat ia duduk & segera pergi, seraya berkata “hmm.. aku pulang duluan ya Felish!”

Setelah Thestral sudah pergi menjauh, Felish baru menyadari jika ada sepucuk surat di sampingnya dan kemudian membacanya. Ternyata itu adalah surat cinta milik Thestral yang di tujukan pada Felish. Ternyata cinta Felish tidak bertepuk sebelah tangan. Segera ia berlari pulang untuk menjawab isi hati Thestral. Tentu saja ia akan bilang “Ya” pada Thestral. Sungguh tak dapat di ungkapkan perasaan Felish saat ini. Rasa bahagia yang tak terkira kini menghampiri dirinya.

Sesampainya di rumah, Felish langsung berlari ke kamarnya & cepat-cepat mengambil HPnya untuk segera menghubungi Thestral. Sejenak semua rasa itu melayang hilang, serasa diterpa oleh angin yang membawa ingatan Felish kembali ke masa lalu. Tiba-tiba ia terbayang akan ucapan Grace {“Felish, sebenarnya aku sudah memendam perasaan ini sejak pertama kali bertemu Thestral, aku jatuh cinta padanya. Aku akan melakukan apapun untuk bisa terus bersamanya. Tolong bantu aku Felish, kumohon!” “aku pasti akan menolongmu, aku janji” sahut Felish.} Felish tahu kalau Grace menyukai Thestral, tetapi Grace tidak mengetahui bahwa Felish juga menyukai Thestral.

Tak mungkin ia harus mengingkari janjinya, itu berarti Felish telah mengkhianati Grace. Dan ia akan kehilangan sahabat terbaiknya. Tetapi di sisi lain Felish juga tak ingin membuat Thestral patah hati “Apa yang harus ku lakukan sekarang?!” Felish bertanya-tanya dalam hati, ia bingung. Felish pun mencoba mengambil keputusan yang bijak, yang terbaik untuk keduanya. Akhirnya dia lebih berpihak pada Grace, dan merelakan kesempatan emasnya untuk menjalin hubungan dengan Thestral hilang begitu saja. Felish pun menelepon Thestral “Halo Thestral” “Halo Felish” sahut Thestral agak ragu. “Aku sekarang sudah mengerti perasaanmu terhadap ku, tapi maaf..” Felish berhenti sejenak dan berusaha keras untuk melanjutkan kalimatnya, sebenarnya ia juga tak tega untuk mengatakannya “aku nggak bisa terima cintamu. Karena ini bukan waktu yang tepat. Aku harap kamu bisa mengerti. Kita mungkin lebih baik berteman saja.” Felish menerangkan. “Ok, aku bisa terima ini. Tapi kenapa? Aku butuh penjelasanmu Felish.” Tanya Thestral dengan nada penuh kekecewaan. “Jujur, sebenarnya aku juga menyayangimu, dan berharap bisa menjalin hubungan yang lebih dari teman. Tetapi ada seseorang yang lebih menyayangimu daripada aku. Bahkan dia merasa jika kamu adalah orang yang tepat untuknya. Walau selama ini kamu nggak pernah menyadarinya. Dan kurasa dia memang cinta sejatimu!” Felish mengungkapkan.

“Siapa dia?” Tanya Thestral penasaran, “Dia adalah Grace” jawab Felish. “Grace?!” Thestral tidak percaya & sangat terkejut mendengar jawaban dari Felish. “iya, Grace. Ku harap kamu bisa mengambil keputusan yang terbaik. Jangan buat cintanya bertepuk sebelah tangan. Aku tahu kamu bisa menerima Grace. Cintailah dia yang mencintaimu, seperti kamu mencintai aku. Lakukan semuanya yang terbaik untuk ku.” Sebelum Thestral sempat menjawab perkataan Felish, Felish sudah menutup teleponnya.

Hari yang di tunggu-tunggu oleh Grace akhirnya tiba juga. Hari ulang tahun yang ke 17, hari yang bersejarah bagi ketiga sahabat ini. Acara dilaksanakan di rumah Grace yang amat sangat mewah. Pada pukul 19.00 acara di mulai & semua teman-teman Grace di undang dalam pesta ini. Namun pada pukul 17.00 Thestral & Felish sudah berada di rumah Grace. Beberapa menit sebelum acara di mulai, semua orang sudah berkumpul di halaman belakang rumah Grace dekat kolam renang. Thestral mendekati Grace dan berusaha memberanikan diri untuk berkata di depan banyak orang “Grace, aku mencintaimu. Dan aku berharap kita bisa menjalin hubungan yang lebih dari sekedar sahabat. Maukah kamu menjadi orang yang special untuk ku?” ucap Thestral walaupun sebenarnya hatinya terpaksa & terasa berat untuk mengatakannya. “ya ampun Thestral, benarkah itu?” Tanya Grace tak percaya. “Tentu saja Thestral,” jawab Grace dengan penuh kebahagiaan. Semua orang yang berada di situ terdiam, tak terdengar suara sekecil apa pun dari mereka. Setelah mendengar jawaban Grace semuanya pun bersorak sorai & bertepuk tangan. Namun Felish hanya bisa terdiam, tanpa terasa air matanya berlinang. Ia juga tak mengerti, air mata apakah ini? air mata haru karena melihat sahabatnya bahagia ataukah air mata kesedihan karena melihat cinta sejatinya berpaling pada sahabatnya sendiri. Yang jelas Felish mempunyai prinsip “kebahagiaan ku adalah ketika melihat sehabat ku bahagia, walau aku harus menderita sekalipun”. Sungguh, Felish adalah sahabat Sejati.

Berbulan-bulan Thestral dan Grace nampak makin serius dalam menjalin hubungan. Namun Thestral tetap tidak memiliki perasaan apa pun pada Grace, ia terpaksa menjalin hubungan dengannya. Karena keputusan ini bukan berasal dari hatinya sendiri, seakan-akan ia merasa bahwa ini hanyalah status palsu yang ia buat untuk menyenangkan hati Felish.

Hingga pada suatu saat semuanya ini terbongkar. Pada pukul 20.30 di kamar, Grace sedang menyalin catatan milik Felish karena sudah beberapa hari ini ia tidak masuk sekolah karena sakit. Ketika ia membuka halaman berikutnya, Grace menemukan sepucuk surat “surat apa ini?” Grace bertanya-tanya dalam hati & lalu ia membacanya. Grace terkejut dan tidak percaya dengan apa yang barusan ia baca. “Hah, ini surat cinta milik Felish dari Thestral. Jadi selama ini mereka berpacaran tanpa sepengetahuan ku?! Tak ku sangka, mereka kejam sekali!” Grace salah paham.

Keesokan harinya di sekolah, Grace benar-benar mengabaikan Felish, sampai beberapa minggu. Ketika disapa Felish, Grace berpura-pura tidak lihat. Saat ditanya & diajak ngobrol oleh Felish, Grace hanya diam saja, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Grace. Felish bingung & ia bercerita pada Thestral “Thestral, akhir-akhir ini kamu merasa ada yang aneh nggak sama Grace? Aku bener-bener di cuekin sama dia!” “iya, aku juga sama sekali tak di anggap oleh Grace. Aku sms nggak di balas, ku telepon nggak di angkat. Aku juga bingung. Aku ada ide!” kata Thestral. Lalu Thestral membisikkan idenya ke Felish. “Itu ide gila. Aku nggak setuju. Masa kita harus menculik Grace dulu, terus kita interogasi kaya teroris. Yang ada dia tambah marah sama kita.” “Terus gimana? Memangnya kamu ada ide lagi!” Tanya Thestral. Lalu Felish menjawab “Lebih baik kita ajak ketemuan di suatu tempat, terus kita ajak ngobrol baik-baik, gimana?” “Ok” sahut Thestral.

Lalu di hari Minggu malamnya mereka bertiga janjian di suatu restaurant, Grace bersedia datang untuk menemui kedua sahabatnya. Ketika ketiganya sudah datang suasana terasa sedikit tegang, “Grace ada apa sebenarnya, kenapa kamu bersikap seperti ini. Kalau kamu marah kasih tahu, masalah apa yang membuat kamu jadi kesal sama kita berdua?” Tanya Felish dengan lemah lembut. “Memangnya kalian nggak bisa instropeksi diri kalian masing-masing. Kalian memang nggak tahu diri, sudah bersalah masih aja nggak nyadar.” Seketika itu Grace langsung pergi meninggalkan Thestral & Felish. “ayo Felish, kejar!” ucap Thestral. Mereka berdua berlari mengikuti Grace yang hendak menaiki mobil pribadinya. Secepat kilat, tangan Thestral menahan Grace sambil berkata “Tunggu Grace kami belum mengerti permasalahanmu ini? Jelaskan dulu.”  “Apa kalian lupa dengan surat ini?” Tanya Grace sambil memegang surat cinta milik Felish di tangan kanannya. “ Jadi selama ini kalian berdua berpacaran di belakangku?! Aku nggak nyangka kalian bener-bener setega itu!” Grace terlihat benar-benar marah & sakit hati.

Lalu dibuangnya surat itu ke tanah dan Grace langsung mengalihkan pandangannya ke Felish “Felish, asal kamu tahu ya, aku sudah menganggap kamu lebih dari sekedar sahabat, aku menganggapmu sebagai saudara kandung ku. Tapi kamu jahat Felish, kamu kejam & sangat licik.” Felish hanya terdiam, mendengarkan semua kalimat negatif yang di lontarkan Grace padanya. “Tunggu, kamu harus mendengarkan penjelasan Felish dulu, kamu tak boleh main hakim sendiri!” “Baik, apa yang mau kau jelaskan lagi?” Tanya Grace yang emosinya sedikit mereda. Akhirnya Felish menjelaskan semuanya secara detail. Namun tak ada tanggapan dari Grace, ia langsung masuk ke mobilnya. “Grace tunggu!” kata Thestral seraya memukul-mukul kaca mobil Grace. Grace mengemudikan mobilnya dengan kencang & meninggalkan kedua sahabatnya. “Thestral, lebih baik kita mengikuti Grace dari belakang, perasaan ku dari tadi tidak enak” saran Felish. Mereka pun pergi menyusul Grace dengan memakai mobil kepunyaan Thestral. Sekitar pukul 22.00 jalan raya terlihat sangat lengang. Dari kejauhan nampak mobil Grace yang melaju secepat kilat, menuju arah rumahnya. Di dalam mobil, Grace terus memikirkan penjelasan Felish tadi. Dia percaya, tak mungkin sahabatnya berbohong. Tiba-tiba Grace kehilangan kendali, lalu ia melaju di jalur lawan arah. Sebuah truk besar dari arah sebaliknya melaju dengan cepat.

Dan kecelakaan pun tak dapat dihindarkan, Grace mengalami kecelakaan. Suasana di sekitar tempat kejadian mendadak menjadi ramai. Orang-orang yang berada di sana berusaha mengevakuasi Grace & supir truk. Felish & Thestral yang mengikuti dari belakang, secepat mungkin turun dari mobil dan memindahkan Grace ke dalam mobil Thestral. “Thestral, cepat antar Grace ke rumah sakit! Grace bertahanlah” ucap Felish seraya menggenggam tangan Grace yang berlumuran darah. Setibanya di rumah sakit Grace langsung dilarikan ke Ruang ICU. Kemudian Felish mengabarkan berita ini kepada orang tua Grace di rumah.

Selama 1 minggu lebih Grace mengalami koma, dan setelah ia sadarkan diri, Grace mengalami kelumpuhan. Beruntung kejadian ini terjadi ketika siswa-siswi SMA telah selesai mengikuti Ujian Negara & Ujian Sekolah. Mereka melanjutkan sekolah ke Universitas yang berbeda, Grace berkuliah di London, Inggris karena ia juga ingin melakukan pengobatan. Sedangakan Felish & Thestral berkuliah di Universitas yang sama. Kepergian Grace meninggalkan kekecewaan yang mendalam pada kedua temannya. Salah satu kalimat terakhir yang di ucapkan Grace saat berpisah masih teringat dalam benak Felish “Felish, maafkan ucapan ku yang telah menyakiti hatimu. Aku salah paham dengan masalah surat itu. Aku sudah menuduhmu yang bukan-bukan. Kurasa aku tidak akan pernah menemukan sahabat sejati sebaik dirimu, di kampus ku nanti. Selamat tinggal Felish, aku tahu suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi.”

Setelah Grace pergi, tak berapa lama kemudian Felish & Thestral menjalin hubungan yang serius, sampai mereka berdua bertunangan. Beberapa tahun kemudian, setelah lulus kuliah Felish dan Thestral bekerja pada suatu perusahaan yang sama. Di kantor itu mereka bertemu kembali dengan Grace. Grace ternyata juga bekerja di situ. Grace sudah dapat berjalan dengan normal, bahkan dia juga telah bertunangan dengan seorang pria asing yang bernama Smith Richman.

One thought on “Dia untuk Sahabatku

  1. bagus ceritanya, hehehe
    salam kenal yaa. mampir balik donk..
    — katamiqhnur.com —
    nggak bakalan rugi deh kalo kamu berkunjung ke situ. hehehe

    Like

Leave a comment